Padd Solutions

Converted by Falcon Hive

Perjalanan ke Cilacap adalah rangkaian perjalanan kami di akhir tahun 2008. Sebelum ke Cilacap, kami telah singgah di Cipanas (Garut) dan Pangandaran (Ciamis). Rencananya, dari Cilacap kami akan melanjutkan perjalanan ke Baturraden (Purwokerto) lalu kembali ke Jakarta/Bogor lewat Pantura.
Kami tiba di Cilacap sekitar tengah hari, dari Pangandaran melalui Sidareja. Karena ingin menginap dekat pantai, kami lalu menuju ke arah yang ‘berbau’ pantai, seperti pelabuhan dan pantai Teluk Penyu. Ternyata ‘penjemput’ kami, kemudian, membawa kami kembali ke tengah kota, di jalan Rinjani, tepatnya di rumah makan Sidoroso. Kami beristirahat dan makan siang di rumah makan yang bertema lesehan di tengah sawah tersebut, mencoba masakan khas seperti sate goreng dan sop kikil kambing.
Cilacap Indah
Agak sore kami diantar ke sebuah hotel bernama Cilacap Indah. Dari luar, hotel ini tampak ‘berkelas’. Lobby dan Reception-nya tampak khas sebuah hotel. Namun ketika memilih kamar, list yang disodorkan ke kami tampak tradisional. Kami tidak langsung sadar, dan memilih kamar dengan double bed agar bisa menampung kami sekeluarga. Ketika ditunjukkan kamarnya cukup besar dan tempat tidur besar pula. Kami OK, dengan harga ‘cuman’ Rp 200.000,- Satu keanehan lagi mulai terasa ketika anak kami menanyakan remote TV, yang dijawab tidak ada. Ah! Tapi sudahlah. Mungkin hilang atau rusak, seperti yang dikeluhkan pemilik penginapan di Pangandaran yang kehilangan remote AC.
Di Hotel Cilacap Indah
Saya kemudian pergi dengan teman untuk urusan pekerjaan. Tidak lama istri saya telepon: AC di kamar bocor! Wah! Saya suruh complain atau minta ganti kamar. Ternyata mereka sudah complain dan petugas hotel sudah berusaha memperbaiki AC yang ‘ngocor’ (air netes dari AC membasahi karpet). Kamar lain tidak ada yang double bed!
Ketika saya kembali, saya merasakan udara yang sangat pengap dalam kamar. Saya lalu minta ganti kamar, namun kamar yang ‘di luar’ yang saya kira pasti berudara segar, ternyata lembab juga. Akhirnya saya ditunjukkan kamar single bed namun AC nya OK. Ternyata udaranya lebih segar. Saya tentu langsung memilih kamar tersebut. Ekstra bed tambah Rp 40.000,- lagi, padahal harga kamar single bed tidak dikurangi! Gak apa-apa lah…
Ternyata, dari obrolan dengan petugas hotel, sudah banyak yang complain tentang karpet kamar yang diduga sebagai penyebab lembabnya udara di kamar. Kemungkinan karpet akan dilepas semua, tinggal menunggu keputusan manajemen…
Cilacap di Malam Hari
Ketika kami di Cilacap, akhir tahun 2008, Cilacap sedang sering diguyur hujan. Malam hari pun demikian. Namun karena kami ingin melihat-lihat Cilacap di malam hari, kami pun keluar juga. Hujan tidak deras alias gerimis kecil saja.
Ternyata kota Cilacap tidak besar. Sebentar saja kami mengetahui dan bisa keliling separuh kota. Pertama kami menuju ke arah Pantai Teluk Penyu. Ternyata sepi. Kami lalu kembali menuju pusat kota, ke arah alun-alun. Walaupun gerimis, di jalan dekat alun-alun tampak kendaraan yang parkir cukup ramai, namun tidak terlalu ramai untuk sebuah kota. Di dekat alun-alun ini ada sebuah warung bakso yang tampak cukup besar dan ramai. Sayang, kami sudah mampir di warung bakso dan mie ayam yang lain sebelumnya.
Pantai Teluk Penyu
Pagi-pagi, kami menuju Pantai Teluk Penyu kembali. Tampaknya, hanya di situlah tempat wisata di Cilacap. Karcis masuk Rp 2.500,- Kami menyusuri jalan di pantai Teluk Penyu. Sepi. Tidak tampak pengunjung wisata yang lain. Mungkin karena masih pagi. Toko-toko souvenir juga kurang menarik kami karena barang yang dijual ‘biasa’ saja, untaian kerang, hiasan-hiasan dari kerang, dan semacamnya, yang bisa kami beli juga di Taman Mini atau di tempat lain.
Pantai Teluk Penyu, Cilacap
Agar tidak penasaran, kami berhenti juga dan tanya-tanya di sebuah warung ikan asin. Saya ingin beli telur penyu, tapi ternyata tidak ada yang menjual. Wah! Namanya pantai Teluk Penyu. Jangankan penyunya, telurnya pun tidak ada!
Kami lalu melanjutkan perjalanan ke Benteng Pendem. Di sini juga sepi, dan kami tidak ingin masuk. Akhirnya kami kembali, dan mampir di sebuah warung ‘ikan’ yang banyak terdapat di situ. Kami memesan beberapa jenis ikan, dan mendapat kenyataan bahwa masakan ikan di situ masih lebih baik dari di Pangandaran. Lumayanlah.
Wisata ke Pulau Nusakambangan
Wisata yang menarik di Cilacap mungkin wisata ke pulau Nusakambangan. Di lokasi Benteng Pendem, kami ditawari tukang perahu untuk berperahu ke Nusakambangan. Sayang, saya tidak punya waktu karena masih harus menemui client di Cilacap.Cilacap mungkin bukan daerah tujuan wisata, sehingga potensi ini kurang dikembangkan. Pemda ‘mungkin’ (ini dugaan saya) merasa sudah cukup ditopang oleh Semen Nusantara dan Pertamina, sehingga bisa bangga dengan pendapatan per kapita atau UMR yang lebih tinggi dari daerah lainnya di Jawa Tengah.

1 Comment

  1. Unknown On 3 Desember 2016 pukul 08.31

    Memang sepi masbro.. pernah nginep di sana tp malah kesepian.masih kalah jauh sama Purwokerto. rencana dua hari di Cilacap malah gak jadi.ahirnya kita pergi ke Purwokerto dan ke Baturraden.

     

Posting Komentar